Minggu, 11 Mei 2014

SENDIRI.


Kesendirian

“Kenapasih gak nyarik cewek diluar sana
  kau itu manis, baik, pengertian, Kenapa harus terus ngarepin dia?”

   Kata-kata itu masih membekas di telingaku, aku tak tahu apakah aku menyadari akan hal tersebut atau tidak, yang pasti 2 kata terakhir tersebut “ngarepin dia?” harus kuakui bahwa sampai saat ini aku masih mengharapkan iba hati seseorang untuk menjemput panggilan hatiku, dan mungkin jika aku tak ke-PDan mengahbiskan sisa umurku bersamanya.-DIA
   Bisa dikatakan aku telah cukup lama berpura-pura seakan acuh tak acuh terhadap diriku tentang perasaan ini. Aku tak tahu bagaimana aku memulai semua ini. Aku tak tahu mengapa aku bisa jatuh hati kepadanya, dan hal yang paling kutakutkan dari semuanya adalah bagaimana aku harus mengakhirinya? Jikalau memang nanti aku buntu akan jalan yang harus aku jalani untuk mengakhiri semua ini, aku hanya akan berharap tuhan, tuhan yang akan mengakhiri semua ini. Terserah akankah terjadi akhir yang bahagia ataukah sebaliknya.
  Keyakinan yang kupegang teguh saat ini, sedikit- demi sedikit mulai luntur tajinya. Awalnya aku mengira bahwa semuanya akan mengalir begitu saja. Namun, disaat-saat aku berada di titik puncak kenyamananku, satu hat mengusik saraf-saraf otak ku. “Bagaimana nanti jika akhirnya tak sesuai dengan ekspetasiku?”. Pertanyaan itu terus menerus menghantui hidupku. Aku mulai tak percaya lagi akan semua angan-angan ku yang kukira itu adalah sesuatu ekspetasi yang kredibilitasnya belum bisa aku nyatakan kebenarannya hingga saat ini. Akhir yang bahagia yang selalu kubaca di dalam novel-novel-lah yang menjadikan aku gila seperti sekarang ini.
   Sedikit memalukan memang, ketika aku memutarkan kembali memori akan hal pertama yang membuat diriku sampai saat sekarang ini masih tetap terus mengharapkannya. Hal kecil yang ia berikan kuanggap sesuatu yang sangat besar dampaknya akan diriku. Aku terlalu terobsesi untuk menjadikan diriku menjadi orang lain, aku seakan merasa tertekan atas keadaanku untuk menjadi diri sendiri, walaupun banyak orang yang tak mengerti akan hal tersebut.
   Mencintaimu membuat kreatifitasku terkubur dalam, membuat diriku menjadi seorang yang penakut, menjadi seseorang yang terlalu berharap. Namun, mencintaimu membuatku terus untuk memotivasi diriku untuk menjadi lebih baik lagi, bahkan mencintaimu membuat diriku bisa mengerti akan arti sebuah kesabaran.
Made in “ZULFI HAFITS ARIZA P. /@lakzulfi”.

Sabtu, 03 Mei 2014

Did you KnOW?


Lovee...

 

I LOVE U FOR WHO YOU ARE.

Menghitug Hari.


Menghitung Hari


“Menghitung hari detik demi detik,
  asa kunanti akan kah ada. Pergi saja Cinta mu pergi”
   Aku hanya bisa menghitung hari, menghitung hari dimana sampai nanti akhirnya ku tak bisa lagi menghitung rangkaian-rangkaian yang tuhan berikan. Rangkaian yang sebenarnya kehadirannya tak ku harapkan, tak ku dambakan, dan tak kuimpikan. Kehadiran dirimu bukanlah sesuatu yang bisa kubanggakan, kau datang semaumu, pergi sesukamu. Seketika ku tak tau lagi harus berbuat apa, haruskah ku jujur akan rasa ini, haruskah ku pendam, ku pendam sampai nanti akhirnya aku tak bisa lagi menyembunyikan rasa ini.
    Pengharapan yang aku lakukan terhadap dirimu, hanyalah sedikit hal yang tak  bisa ku jelaskan kepada semua orang. Pengharapan yang kini ku rasakan adalah sedikit dari hal munafik yang pernah aku lakukan. Pengharapan yang aku lakukan kepadamu saat ini hanyalah segelintir rangkaian-rangkaian palsu yang kutahu nanti akhirnya akan berujung, berujung di tempat yang mana aku harus terpaksa sesegera melupakanmu. Aku mengerti akan arti pengharapan yang kulakukan saat ini, namun adakah kau sedikitpun mengerti akan hal ini? Namun, adakah kau sedikitpun peduli akan hal yang kurasakan saat ini? Oh, berapa dustanya diriku.
    Setia ku disini mungkin tak akan pernah berhenti untuk langsung menjadi benci, mungkin, suatu saat nanti ketika aku rasakan artinya sakit cinta, di saat itulah mungkin aku tak akan pernah kembali lagi setia menunggu seseorang yang tak pasti akan akhir dari seujung cerita yang ku buat. Aku berani bertaruh atas apa yang aku lakukan saat ini, aku berani bertaruh kepada dirimu, bahwa suatu saat nanti aku akan mengubah rasa manisnya gula menjadi asinnya garam.
   Aku ini lelaki, lelaki yang tak seharusnya memendam rasa ini, lelaki yang tak seharusnya merasakan kegelisahan akan rasa ini, lelaki yang memohon kepastian di ujung ketidakpastian. Betapa hinanya dimata tuhan melihat lelaki seperti ini, aku berharap lelaki-lelaki diluar sana yang merasakan perasaan yang sama sepertiku.
   Ketika nanti sampai akhirnya hari yang kutunggu telah usai, aku hanya berharap kepada tuhan untuk tidak akan pernah melupakan kalau aku pernah mengenal seseorang yang sangat aku kagumi, pernah mengenal orang sebaik kamu, aku juga sangat, sangat mengharapkan untuk tuhan tidak akan pernah melupakan bahwa aku pernah jatuh cinta denganmu, jatuh cinta dengan seseorang yang aku kagumi.       AMIN.

Made in “ZULFI HAFITS ARIZA P./@lakzulfi”.

Paling Banyak di Baca