Jumat, 03 Mei 2019

Pernikahan Berbeda Agama



                Perbedaan agama antar individu seharusnya tidak menjadi halangan yang begitu besar untuk sepasang kekasih menuju jenjang tertinggi dari sebuah hubungan asmara, yaitu pernikahan. Dasar penikahan yang paling utama adalah kebersediaan antar 2 individu tanpa ada paksaan dari berbagai pihak, karena jika ada pihak yang merasa terpaksa dan dipaksa untuk menjalankan suatu pernikahan akan mencoreng nilai dasar dari suatu pernikahan.


               
Praktik pernikahan beda agama sebenarnya sudah berulang kali dilakukan oleh warga negara indonesia, pembahasan secara praktik dan non-praktik nya bisa dibaca pada tulisan yang dimuat di vice Indonesia pada link berikut ini.

                Hal yang cukup menarik muncul ketika kita melihat pernikahan antar pasangan yang memiliki suku yang berbeda, sebagai contoh, seorang lelaki bersuku A menikahi perempuan bersuku B dengan mempercayai agama yang sama, tetapi tidak banyak orang yang mempermasalahkan akan perbedaan suku yang dimiliki oleh kedua individu, dan tidak menjadi permasalahan terhadap suku yang di miliki, namun hal tersebut berbeda dengan pernikahan pasangan yang berbeda agama. 

                Agama dan suku di indonesia memiliki peran yang sangat vital dan bersifat fundamental di kehidupan berwarganegara, nilai agama dan budaya juga bisa terlihat jelas pada dasar negara yaitu pancasila, sehingga segala sesuatu yang ingin individu ataupun kelompok lakukan harus mengacu kepada 5 sila dasar yang terdapat didalam pancasila. Kemudian, apakah pernikahan beda agama mencerminkan dan memiliki setidaknya satu nilai yang terdapat di dalam pancasila.

                Untuk menjawab asusmsi tersebut saya mengacu kepada sila ke-5 yang berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”, dari sila tersebut saya menginterpretasikan bahwa setiap individu harus memiliki hak dan kewajiban yang sama di mata negara, termasuk hak untuk memilih pasangan yang ingin ia nikahi, tanpa ada paksaan dari berbagai pihak. 

                Nikah beda agama memiliki beberapa resiko yang akan diterima ketika dilakukan, resiko terbesar akan datang dari orang terdekat yakni keluarga, dan kelompok-kelempok konservatif yang mengutuk perbedaan yang berkembang di masyarakat, maka dari itu banyak dari calon pasangan nikah beda agama harus menurunkan ego untuk tidak melangsungkan pernikahan atau menyamakan keyakinan kedua individu.

                Tulisan ini tidak secara khusus menelanjangi tafsir-tafsir para penafsir melainkan tulisan yang secara khusus ditulis oleh penulis berdasarkan opini pribadi tanpa ada maksud menista kepercayaan berbagai macam pembaca.

2 komentar:

  1. Ane mencium cinta2an ini gan......gea kah..wkwkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwkwk. Bukan kisah cinta ku ini bang. Wkwmwm

      Hapus

Paling Banyak di Baca