Rabu, 21 Februari 2018

Permainan Tradisional Anak Indonesia Yang Semakin Punah



Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia offline kata main memiliki arti “ma·in-ma·inv1cak bermain-main; bersenang-senang dng melakukan sesuatu: kami - di pasir dng membuat lubang sumur-sumuran dan gua-guaan; 2tidak dng sungguh-sungguh; hanya berkelakar; bermain-main saja: engkau jangan -, ini masalah penting; 3kiberbuatserong: belum sebulan kawin dia telah – dng perempuan lain”.
Sumber Gamar : Teropongrakyat.net


Berdasarkan penjelasan mengenai arti main yang merujuk tentang kegiatan bersenang-senang bisa kita kaitkan dengan permainan anak kecil di Indonesia  yang sekarangi ni (2018)sangat berbeda dengan apa yang saya mainkan ketika saya masih menjadi seorang anak kecil.

Ketika saya berusia  5-15 tahun, masa kecil saya dipenuhi dengan berbagai macam mainan tradisional khas Indonesia, waktu bermain saya dimulai ketika saya pulang sekolah pukul 11:00 wib hingga menjelang waktu magrib pukul 18:00 WIB ketika saya masih menjadi seorang siswa SD, oleh karena itu saya memiliki setidaknya 7 jam untuk bermain bersama teman-teman. Teman yang saya miliki ketika saya masih kecil sangat beragam, mulai dari berbeda jenis kelamin,  perbedaan budaya yang mencolok, agama, usia dan perbedaan kecil lainnya. Syukurnya perbedaan-perbedaan itu melebur menjadi satu ketika permainan di mainkan.

Banyak permainan yang biasanya saya mainkan pada saat saya masih kecil, diantaranya Guli (kelereng), Alip Berondok (Petak Umpet), Englek, Karet,congkak,Samberlang, dan masih banyak lagi. Saya masih mengingat jelas orang-orang yang bermain bersama ketika masih kecil dulu, dan yang membuat lebih asyik adalah ketika para pemain adalah mereka-mereka yang tinggal berbeda  Gang dengan saya, dan jarak pun tidak menjadi penghalang pada saat itu. Hal ini terasa sangat jauh berbanding terbalik dengan apa yang terjadi kepada anak-anak kecil di sekitaran saya sekarang ini.

Pada saat saya kecil dahulu, saya memiliki Handphone pribadi ketika saya berada di kelas 2  Sekolah Menengah Pertama(SMP), dan mengenal Internet ketika kelas 5 Sekolah Dasarmelaui Warnet. Pada saat itu kehadiran 2 piranti (teknologi) tersebut belum terlalu mengambil alih peran permainan tradisional sebagai media untuk menghabiskan waktu anak-anak dan remaja.

Saya percaya dengan hadir dan semakin majunya tekhnologi informasi di Indonesia semakin membuat dunia yang kita huni terasa lebih menarik, kita bisa menggunakan facebook untuk mencari tau informasi tentang teman-teman yang sudah tidak kita jumpai selama lebih dari 5 tahun. Namun, di balik itu ada beberapa nilai yang semakin pudar keberadaannya diakibatkan kemajuan teknologi informasi yang ada, dan sasaran utama yang terkena dampak tersebut adalah anak-anak dengan rentan usia 5-15 tahun.

Nilai sosial meruapakan nilai yang sangat merasakan dampak negatif terhadap kemajuan teknologi informasi pada anak-anak sekarang ini, hal tersebut bisa kita lihat banyak dari anak-anak yang tidak mampu untuk bergaul ketika di hadapkan dengan teman-teman baru, namun sangat memiliki rasa pertemanan yang tinggi dengan teman baru mereka di sosial media yang baru saja di kenal beberapa hari. Contoh lainnya adalah banyak dari anak-anak dijaman sekarang yang memlih untuk bersikap individualis dan menyampingkan nilai-nilai sosial.

Lebih mirisnya lagi adalah ketika melihat balita yang di berikan gadget berupa smartphone oleh orang tua sebagai media bermain anak dan juga sebagai alat untuk mendiamkan rengekan sang balita, tindakan ini adalah tindakan yang salah karena seharusnya balita di perkenalkan hal-hal yang berkaitan langsung dengan nilai-nilai sosial, seperti mengenalkan balita dengan hal-hal yang bersifat membangun jiwa simpati, menyayangi, dan menghormati hal-hal yang berada di sekitar mereka.

Adapun nilai postif yang bisa kita ambil dari permainan tradisonal adalah, kita bisa mempererat hubungan antar individu dan terciptnya perasaan saling menghormati juga menyayangi, selain itu ketika kita bermain permainan tradisional banyak dari bagian tubuh kita juga mendapatkan keuntungan, yaitu otot-otot yang semakin berkembang dan sangat bagus untuk perkembangan anak-anak.

Kesimpulan dari tulisan ini adalah pentingnya permainan tradisional Indonesia untuk tetap dilestarikan keberadaannya karena permainan tradisional Indonesia mempunyai banyak nilai-nilai kehidupan di-dalamnya, adapun orang tua memiliki peranan penting untuk mengenalkan permainan tradiosional kepada anak-anak mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Paling Banyak di Baca